Siang itu cuaca mendung menambah dingin
dalam kamarku, kulangkahkan kakiku menuju kamar mandi. Masih terbayang
pijatan majikanku tadi siang, begitu takut, aneh dan juga nikmat, terus
terang ini pengalamanku yang pertama dimana tubuhku dijamah tangan
laki-laki. Rasa yang menjalar di semua pori-pori kulit, kurasakan
keanehan yang terjadi dalam tubuhku yang berujung pada suatu kenikmatan.
Aku bingung dan bertanya-tanya, apakah yang terjadi dalam diriku?
Ketika di dalam kamar mandi, betapa kagetnya aku, kulihat celana dalamku
dalam keadaan basah, padahal tadi tidak merasa ingin buang air, kenapa
basah? Setelah aku cium ternyata tidak berbau, air apa yang keluar?
Sebelum kulanjutkan ceritaku ini, perkenalkan namaku Menik, umurku
menginjak 18 tahun dan aku anak bungsu dari lima bersaudara yang
kesemuanya wanita. Kakak-kakakku juga bekerja sebagai pembantu rumah
tangga, ibuku sudah tiada sejak aku berusia dua tahun, sehingga ayahku
menikah lagi tetapi tidak mempunyai keturunan. Ketika kakak-kakakku
pergi merantau, tinggal aku bersama ayah dan ibu tiriku di desa
terpencil pantai utara Jawa Tengah. Sejak setahun lalu aku bekerja pada
sebuah keluarga muda dengan satu orang putri yang baru berusia dua
tahun. Majikan perempuanku yang kupanggil ibu adalah seorang karyawati,
sedang majikan laki-lakiku seorang pegawai negeri sebuah instansi
pemerintah. Kehidupan di dalam rumah tangga majikanku dapat dikatakan
harmonis, itu yang membuatku kerasan tinggal bersama mereka. Ibu majikan
seorang wanita yang baik, begitu pula dengan suaminya.
Hari Sabtu dimana ibu bekerja, sedang bapak setiap Sabtu dan Minggu
libur. Di rumah tinggal bapak, aku dan anaknya. Aku merasa tidak enak
badan sejak hujan-hujanan kemarin waktu aku pergi ke pasar. padahal
malam harinya aku sudah minum obat, tetapi hingga pagi hari ini aku
merasa sakit disekujur tubuh. Walau begitu tetap kupaksakan diri untuk
bekerja, karena sudah kewajibanku sehari-hari dalam keluarga ini.
Setelah anaknya tidur, kurebahkan diriku di kamar. Cuaca mendung bulan
November, setengah terpejam sayup-sayup kudengar bapak memanggil namaku,
tetapi karena badan ini terasa berat, aku tak sanggup untuk bangkit,
sampai bapak datang ke kamarku. Bapak terkejut melihat kondisiku,
dihampirinya aku dan duduk ditepi ranjang. Aku berusaha untuk bangkit
walau kepala ini seperti dibebani ribuan batu, tiba-tiba tangan bapak
menyentuh dahiku kemudian merengkuh bahuku untuk memintaku tiduran
kembali. Bapak bilang kalau tubuhku demam, kemudian dia memijit
keningku, mataku terpejam menikmati pijitan itu, terasa sakit di kepala
dan lemas sekujur tubuhku. Setelah beberapa saat bapak menyuruhku untuk
telungkup, akupun menurutinya. Kuraskana kain bajuku disingkap ke atas
oleh bapak, kemudian tali pengait behaku dicopotnyanya. Aku terkejut,
tetapi karena lemas aku pasrah saja, kurasakan pijitan bapak
dipunggungku. Disinlah awal keanehan itu terjadi. Walaupun kondisi
demam, tetapi perasaan itu tetap saja kurasakan, begitu hangat, begitu
damai, begitu takut dan akhirnya begitu nikmat, mata kupejamkan sambil
menikmati pijatan bapak. Umur bapak sudah tigapuluhan dan kuakui kalau
bapak mempunyai wajah yang awet muda. Disaat aku merasakan pijitan
bapak, tiba-tiba kurasakan resluiting celana pendekku di belakang
diturunkan oleh bapak. Aku ingin berontak dan membalikkan badan, tetapi
ditolak oleh bapak dengan mengatakan bahwa bagian bawahpun harus
dipijat, akhirnya aku mengalah walau disertai rasa malu saat bapak
melihat pantatku. Jujur, yang ada di dalam benakku tidak ada prasangka
lain selain aku dipijit bapak. Setelah agak lama, bapak menyudahi
pijitannya dan aku diberi lagi obat demam yang segera kuminum, bapak
kemudian meninggalkan kamarku. Sebelum tidur kuputuskan ke kamar mandi
untuk buang air kecil. Seperti yang telah aku ceritakan di atas, bahwa
celana dalamku basah, dan ternyata bukan pipis. Aku raba dan rasakan
ternyata berlendir dan agak lengket, aku tidak tahu hubungan basah ini
dengan pijatan bapak tadi. Aku tak mampu berpikir jauh, setelah dari
kamar mandi, kuputuskan untuk tidur di kamar.
Sore hari gerimis turun, ketika aku tidur, siang tadi ibu majikan dan
anaknya pergi kerumah famili serta menginap di sana karena ada hajatan,
sementara bapak tinggal di rumah sebab besok Minggu ada acara di
komplek. Setelah sesiang tadi aku tidur, kurasakan tubuhku agak
mendingan, mungkin karena pengaruh obat turun demam yang aku minum tadi,
sehingga aku berani untuk mandi walau dengan air hangat. Selesai mandi
terdengar suara bapak dari ruang TV memanggil namaku, aku bergegas
kesana. Bapak menanyakan keadaanku yang kujawab sudah baikan. kemudian
bapak menyuruhku membuatkan teh hangat untuknya. Teh kubuat dan
kuhidangkan di meja depan bapak, kemudian bapak menyuruhku duduk di
bawah depan tempat duduk bapak, kuturuti perintahnya. Ternyata bapak
sedang menikmati TV, kemudian bapak memegang pundaku serta memijit
perlahan-lahan dan bertanya apakah pijitannya enak, kujawab enak sekali
sembari tersenyum, sembari tetap memijat pundakku kami berdua membisu
sambil menonton TV. Lama-kelamaan perasaan aneh itu menjalar lagi, aku
merasakan sesuatu yang lain, yang ku tak paham perasaan apa ini,
kurasakan sekujur bulu tubuhku mermang. Tiba-tiba kurasakan hembusan
nafas di samping leherku, aku melirik, ternyata wajah bapak telah sampai
di leherku, aku merasakan getaran-getaran aneh yang menjalar kesemua
tubuhku, aku tidak berontak, aku takut, tetapi getaran-getaran aneh itu
kurasakan begitu nikmat hingga tanpa kusadari kumirngkan kepalaku seakan
memberi keleluasaan bapak untuk mencmbunyanya. Tak terasa aku
memejamkan mata dan menikmati setiap usapan bibir serta lidah bapak di
leherku. Getaran itu kini menjalar dari leher terus turun ke bawah, yang
kurasakan tubuhku melayang, tidak mempunyai beban, terasa ringan sekali
seolah terbang. Otakku seakan buntu, tidak dapat berpikir jernih, yang
kutahu aku mengikuti saja karena pengalaman ini belum pernah aku rasakan
seumur hidup, antara takut dan nikmat. Tangan bapak masih memijat
pundakku sementara dia masih mencumbui leherku, tak lama kemudian
kurasakan tangan itu meraih kancing baju depanku dan membukanya satu
persatu dari atas ke bawah. Setelah semua kancing bajuku terlepas,
kembali tangan bapak memijat bahuku, semua itu aku rasakan dengan
melayang-layang, perlahan tapi pasti kedua tangan bapak menyentuh ke dua
payudaraku, aku kaget. Kedua tanganku lalu memegang tangan bapak, bapak
membisikkan supaya aku menikmati saja pijitannya, tanganku akhirnya
terlepas dari tangan bapak. Lagi-lagi kurasakan sesuatu getaran aneh,
hanya getaran ini lebih dahsyat dari yang pertama, payu daraku diremas
tepatnya daripada dipijit, walau masih memakai bh. Kemudian tangan bapak
kembali kepundakku, ternyata diturunkannya tali bhku, perlahan-lahan
diturunkan sebatas lengan, sementara ciuman bapak masih di leher, kadang
leher kiri, kadang leher kanan. Aku melayang hebat, dimana kedua tangan
bapak meraih payudaraku dari bagian atas turun ke bawah, sesampai di
putingku remasan berubah menjadi pilinan dengan jari, aku sempat membuka
mata, tetapi hanya sesaat, getaran aneh berubah menjadi sengatan.
Sengatan kenikmatan yang baru ini kualami, dipilin-pilinnya kedua
putingku, tak sadar ku keluarkan desahan pelan. Secara tidak kusengaja,
tangan kiriku meraba celana dalamku sendiri, kurasakan gatal disekitar
kemaluaku, ternyata kemaluanku basah, aku tersentak dan memberontak.
Bapak kaget, kemudian menanyakan ada apa, aku tertunduk malu. Setelah
didesak aku menjawab malu, kalau aku ngompol. Bapak tersenyum dan
berkata bahwa itu bukan ompol, lalu bapak berdiri dan membimbingku duduk
di sofa.
Bapak menanyakan padaku, yang kujawab bahwa ini pengalamanku yang
pertama, kemudian bapak mengatakan ingin memberi pengalaman selanjutnya
dengan catatan supaya aku tidak menceritakan pengalaman ini pada siapa
saja. Aku hanya mengangguk dan menunduk, tak berani kutatap mata bapak
karena malu. Di luar hari sudah berganti malam, gerimis pun berubah
menjadi hujan, tetapi aneh, hawa di ruang TV berubah menjadi hangat,
apakah ini hanya perasaanku saja? Sementara aku duduk di sofa, bapak
malah jongkok dihadapanku. Aku rikuh dan menundukkan kepalaku. Tiba-tiba
bapak maju menuju payu daraku dan menciuminya, seperti bayi menetek
ibunya. Aku berkata malu, tetapi di jawab bapak untuk menikmati saja.
Sengatan itu kembali menyerangku ketika ciuman bapak berubah menjadi
jilatan dan kuluman di putingku, aku kembali terpejam dan mengerang, tak
kusadari tanganku berada di kepala bapak, mengelus dan sedikit
menjambak rambut bapak. Aku tidak kuat menyangga tubuhku, perlahan dan
pasti tubuhku terjatuh di sofa, bapak membetulkan posisiku sehingga
tiduran disofa. Kemudian jilatan bapak berlanjut diperutku, sementara
tangan kiri bapak di payudaraku, tangan kanan meraba dari betis naik ke
paha serta menyingkap rok yang kukenakan.
Aku sudah kehilangan akal sehat, hanya bisa diam dan menikmati setiap
jilatan dan elusan bapak. Aku terkejut pada saat jilatan bapak sampai ke
celana dalamku, aku mengatakan bahwa itu kotor dan pesing, tetapi
dengan sabarnya bapak menenangkanku untuk tetap saja menikmatinya. Aku
hanya terdiam dan pasrah, di antara takut dan malu serta rasa nikmat
yang tak kuduga sebelumnya. Perlahan bapak membuka rok serta mencopot
celana dalamku dan menciumi rambut kemaluanku, Takut bercampur geli
berkecamuk di dalam dadaku, kurapatkan kedua pahaku menahan geli, tetapi
keanehan terjadi lagi, lama kelamaan tanpa kusadari kedua pahaku
membuka dan semakin lebar. Posisi ini memudahkan bapak untuk mencumbu
lebih dalam. Tiba pada bagian tengah atas kemaluanku, kurasakan ujung
lidah bapak menyengat yang lebih dahsyat lagi, tanpa kusadari kunaikkan
pantatku ke atas ke bawah, aku meracau tidak karuan, sukar kulukiskan
dengan kata-kata perasaan ini. Kurasakan dunia gelap dan berputar,
sayup-sayup kudengar suara kecipakan di sekitar selangkanganku, hingga
ada suatu desakan dari dalam kemaluanku, desakan itu tak dapat kutahan,
sesuatu yang akan meledak keluar, seperti bila ingin pipis, tetapi ini
lebih dari itu. Tanganku tak dapat kukendalikan, kujambak rambut bapak
sambil menekan kepalanya pada kemaluanku. Aku melonjak, mengjan.
menahan, meracau, tiba-tiba sesuatu itu keluar dari dalam kemaluanku,
kemaluanku basah… bahkan banjir… kurasakan aku ngompol…
Setelah itu tubuhku lemas, keringat membanjiri tubuhku, tulang-tulangku
terasa lepas dari tempatnya… perasaan apa ini? antara nikmat… kebelet
pipis… dan lemas… Kulihat bapak tersenyum dan mengelus rambutku, bapak
menanyakan apa yang aku rasakan. Kubalas dengan tatapan yang
bertanya-tanya, tetapi aku tidak dapat berkata-kata, diantara nafasku
yang masih memburu, aku hanya tersenyum dan memandangnya sayu.
Bapak berlutut di sampingku, melepas sarungnya, meraih tanganku dan
membimbingnya untuk memegang tengah celana dalamnya, kuturuti, kuraba
dari luar celana dalam bapak, ini pun pengalaman pertamaku memegang
kemaluan laki-laki. Kurasakan sesuatu menonjol keras ke atas di
tengahnya, bapak menikmati elusanku dan kuliirik mata bapak setengah
terpejam. Tak lama, dia menurunkan celana dalamnya, sesaat kuterpekik
melihat benda yang baru kali ini kulihat. Bapak mengajariku untuk
mengurut benda itu dari atas ke bawah, aku geli memegang benda itu,
empuk tapi keras… keras tapi lentur… Bapak membangkitkanku dari rebahan,
kemudian menyuruhku untuk menjilat benda itu, karena tadi bapak sudah
menjiltati kemaluanku, apa salahnya kalo sekarang aku menjilati
kemaluannya, pikirku. Pertama memang kujilati benda itu, lama-kelamaan
kumasukkan benda itu ke dalam mulutku, aku ingat masa kecilku ketika
menjilati es krim. Benda itu berdenyut-denyut di dalam rongga mulutku,
aku merasa aneh tetapi senang, seperti anak keci mendapat makanan
kesukaannya. Tiba-tiba bapak mengerang sambil menarik kepalaku, benda
itu berkeduk hebat, aku heran ada apa ini, tetapi benda itu tak dapat
kulepaskan, karena kepalaku ditahan tangan bapak, kemudian kurasakan
suatu cairan terasa di mulutku yang akhirnya daripada tersedak, cairan
itu kutelan habis, terasa amis… gurih… sedikit asin. Kulihat bapak
mendengus, seperti habis lari jauh, nafasnya tersengal-sengal. Dia
tersenyum dan memelukku, aku merasa damai dalam pelukannya.
Bapak mengajakku ke kamar mandi, sebelum kami masuk, bapak melucuti sisa
pakaianku dan juga pakaiannya. Aku merasa heran, aku menurut tanpa ada
perlawanan, mungkin karena nikmat yang baru saja pertama kali aku dapat.
Di dalam kamar mandi, bapak memandikanku, bapak mengagumi bulu-bulu
yang tumbuh di ketiak dan selangkanganku dan berpesan agar aku tetap
memelihara dan melarang memotongnya. Pada saat bapak menyabuniku,
getaran-getaran aneh menyerangku lagi. Geli bercampur nikmat menyelimuti
seluruh tubuhku, sehingga tak terasa aku mulai mendesis lagi, bapak
bilang bila aku tidak tahan keluarkan saja erangan itu, tapi aku malu.
Setelah aku selesai disabuni, bapak menyuruhku menyabuninya, dengan rasa
takut-takut kusabuni punggung sampai kakinya, pada giliran tubuh bagian
depan, kulihat kemaluan bapak yang tadinya lemas tampak kokoh berdiri.
Bapak mengatakan enak disabuni olehku, dia meraih wajahku dan mencium
mulutku, aku merasakan getaran semakin hebat ketika lidah bapak bermain
di dalam rongga mulutku, aku hanya terdiam dan menikmati permainan lidah
bapak, perlahan kuimbangi permainan lidah bapak dengan lidahku sendiri,
kami saling berpagutan. Bapak membimbing tanganku untuk menyentuh
kemaluannya yang masih terbalut sabun, aku merasakan licin serta
mengocoknya. Payudaraku pun menyentuh dada bapak yang licin oleh sabun,
terasa mengeras di kedua putingku, kami berpelukan… berciuman dan saling
bergesekan… aktivitas ini menimbulkan gelinjang kenikmatan yang tiada
tara bagiku. Setelah tubuh kami berdua tersiram air dan bersih dari
sabun, bapak menyuruhku untuk menghadap wastafel setengah menunduk
sembari kakiku direnggangkannya, bapak jongkok membelakangiku dan mulai
menjilati pantatku, aku menengok ke belakang dan bapak hanya tersenyum.
Pada saat lidah bapak menyentuh dan mempermainkan duburku, aku tersentak
dan sedikit mengangkat kakiku, kurasakan kegelian bercampur dengan
kenikmatan, aku mendesis, kemaluanku basah dan lengket, sehingga tangan
kiriku tak sadar meraba daging bulat kecil yang mengeras di tengah
kemaluanku sembari mengosok-gosok dan menekannya, secara naluri bagian
itu yang kurasakan dapat memberi kenikmatan yang tiada terkira. Tak lama
berselang aku berasa ingin pipis lagi. Tangan kananku mencengkeram erat
bibir wastafel, mengerang hebat, tangan kiriku kutekan kuat pada
benjolan kenikmatanku, aku meladak lagi, nafasku memburu tidak karuan,
sesaat aku merasa lemas dan seakan hilang pijakan tempatku berdiri.
Bapak menangkapku kemudian membopongku menuju kamarku.
Direbahkannya diriku di tempat tidur, bapak duduk di tepi tempat tidurku
sembari mengelus rambutku, tersenyum dan mengecup keningku, hatiku
tentram, nafasku mulai teratur kembali. Setelah semuanya kembali normal
bapak merebahkan dirinya di sisiku, tanpa bicara, bapak meraba
payudaraku, serta menjilatinya. Getaran-getaran itu datang kembali
menyerangku, aku menggelinjang serta mengeluarkan suara-suara desisan,
kuremas kepala bapak sembaru kutekan ke arah dalam payudaraku. Bapak
naik ke atas tubuhku, menyodorkan kemaluannya untuk kujilat lagi, kuraih
dan kukulum kemaluan bapak seperti layaknya menjilati es krim, bapak
memaju-mundurkan pantatnya sehingga kemaluan bapak keluar masuk dalam
mulutku. Aku menikmati keluar masuknya kemaluan bapak di dalam mulutku.
setelah beberapa saat, bapak melepaskan kemaluannya dari mulutku. Bapak
menggeser tubuhnya, kedua pahaku di kesampingkannya, perlahan-lahan
kemaluan bapak didekatkan pada kemaluanku sambil berkata bila terasa
sakit aku harus bilang. Pertama menyentuh kulit luar kemaluanku, aku
agak tersentak kaget, mulailah rasa sakit itu timbul setelah kemaluan
bapak mulai sedikit demi sedikit memasuki vaginaku. Aku menjerit
kesakitan yang kemudian diikuti dengan dicabutnya kemaluan bapak, bapak
mencium bibirku sembari membisikkan kata supaya aku menahan rasa sakit
tersebut sembari mempermainkan lidahnya di dalam mulutku. Kemudian bapak
mulai menusuk lagi, walau kemaluanku sudah basah total. tapi rasa sakit
itu tak terkira, aku tak sanggup mengaduh karena mulutku tersumbat
mulut bapak. Tak terasa air mataku meleleh menahan sakit yang tak
terkira, kedua tanganku mencengkeram erat pinggang bapak, Akhirnya
kemaluan bapak menembus lubangku… diusapnya air mataku, kemaluan bapak
masih tetap tertancap dalam lubangku. Bapak berhenti menggoyang, setelah
dilihatnya aku agak tenang, mulailah bapak memaju-mundur kemaluannya
lagi secara perlahan, aku sempat heran, rasa sakit itu berangsur hilang
digantikan dengan nikmat. Aku merasa kemaluanku berkedut-kedut dengan
sesuatu benda asing di dalamnya, sementara itu air lendirku juga sudah
membasahi liang kemaluanku, sehingga rasa sakit itu hilang tergantikan
oleh kenikmatan yang sukar dikatakan. Tidak begitu lama kemudian aku
merasa ingin pipis kembali, aku peluk bapak, aku naikkan pantatku seolah
ingin menelan semua kemaluan bapak. Aku kejang, aku melenguh panjang,
aku menggigit pundak bapak, sesuatu yang nikmat aku rasakan lagi, dunia
berputar-putar, semua terlihat berputar, sungguh kejadian ini nikmat
sekali. Aku terhempas lemas setelah aku mengalami apa yang baru aku
alami, rasa sakit sudah hilang. Bapak menghentikan aktifitas seakan
memberi kesempatan diriku untuk menikmati puncak kenikmatan yang baru
saja kualami. Setelah beberapa saat, dengan kemaluan yang masih
mengacung ke atas, bapak mencabut kemaluannya dan menyerahkannya kedalam
mulutku lagi, aku kulum kemaluan bapak, tak lama kemudian bapak
melenguh… dan cairan itu kembali mendera mulutku, karena pengalaman
tadi, semua cairan itu aku telan tanpa tersisa sedikitpun. Bapak
merebahkan tubuhya disampingku, dan mengucapkan terima kasih, dia
mengatakan bahwa perawanku telah hilang. Aku tercenung kulihat ke bawah,
sprei tempat tidurku ternoda merah darah perawanku, tetapi aku tidak
menyesal, karena hilang oleh orang yang aku kagumi sekaligus aku
sayangi, Aku tidur di dalam pelukan bapak, kami kelelahan setelah
mengarungi perjalanan puncak kenikmatan bersama, dalam tidurku, aku
tersenyum bahagia, kulirik bapak, dia terpejam sembari tersenyum juga.
Seperti kebiasaanku sehari-hari dalam rumah tangga majikanku ini, aku
bangun pada pukul 5, kulihat bapak masih tertidur lelap, kami masih
dalam keadaan bugil, karena semalam tidak sempat berpakaian karena
kelelahan. Aku turun dari tempat tidur, selangkanganku masih berasa
perih seakan benda tumpul panjang itu masih mengganjal di dalam
lubangku. Dengan agak tertatih aku menuju kamar mandi, kubersihkan
seluruh tubuhku beserta lendir-lendir yang mengering bercampur bercak
darah di sekitar kemaluan dan bulu-buluku, sembari mandi aku bersiul
gembira. Kuraba lubang kemaluanku, masih terasa sisa-sisa keperihan di
dalamnya, aku mengerti sekarang, dimana perbedaan antara air seni dengan
lendir hormon yang keluar dari kemaluanku bila dirangsang, Aku
tersenyum geli memikirkan kebodohanku selama ini.
Selesai mandi, aku membereskan rumah seperti kewajibanku sehari-hari,
setelah itu aku buatkan segelas kopi panas dan kubawa ke kamarku, dimana
bapak masih terlelap di sana. Perlahan kuletakkan kopi di atas meja,
aku melangkah ke arah tempat tidur, kuperhatikan wajah bapak yang
tertidur. Betapa tenang, betapa damai, betapa gantengnya, perlahan
kuusap pipi bapak serta kubelai rambutnya, dengan sedikit takut… kucium
sudut bibir bapak. Pandanganku menyapu dada bapak, kemudian turun ke
salangkangannya yang tertutup selimut, kulirik benda asing yang semalam
telah memaksa masuk ke dalam lobangku. Aku tersentak kaget, walau
tertutup selimut kulihat jelas benda itu tegak berdiri mengeras, ku usap
perlahan sembari tertawa geli dalam hati. Perlahan kusingkap selimut
itu, sekarang terpampang jelas benda itu dimana pantulan cahaya lampu
menerpa ujung kepala kemaluan bapak yang seperti helm itu. Kudekatkan
wajahku ke benda itu agar terlihat lebih jelas lagi, perlahan kugenggam,
kukocok, kujilati dan kumasukkan ke dalam mulutku. Bapak bergerak
perlahan, aku terkejut dan berhenti mengulumnya, tetapi bapak melihat
padaku dan menyuruh untuk meneruskan aktivitasku, kembali kuulangi
kuluman kemaluan bapak sembari tersenyum, dielusnya rambutku sembari
kudengar erangan bapak.
Bapak bergeser sedikit, tangannya meraih pantatku serta menyingkapkan
dasterku ke atas, perlahan diusapnya belahan dalam pantatku, dengan
tangan kanan kuraih tangan bapak di selangkanganku, ternyata kemaluanku
sudah basah kembali. Aku pun kembali terangsang dengan usapan tangan
bapak di kemaluanku, sedikit kugoyang pantatku kekiri dan kekanan tanpa
melepaskan kulumanku pada kemaluan bapak. Beberapa saat kemudian, bapak
meminta untuk menghentikan aktifitasku, bapak bangkit dari tempat tidur,
dan menyuruhku untuk menunggi di tepi tempat tidur. Dari arah belakang,
perlahan bapak memasukkan kemaluannya ke dalam lubangku, aku heran,
gaya apa lagi yang bapak berikan untukku, kuraih bantal untuk mengganjal
kepalaku, sementara dari belakang, bapak memaju-mundurkan pantatnya.
Sensasi baru kurasakan, dengan posisi yang belakangan kuketahui bernama
doogy style itu, seakan dapat kuatur jepitanku pada kemaluan bapak. Aku
merasa ingin pipis lagi, kugigit bantal sembari mengerang dahsyat,
otot-ototku kakiku mengejang sampai ke arah pantat, sedikit kujinjitkan
kakiku, kucoba bertahan semampuku, kujambak speri di sampingku. Aku tak
tahan lagi, dengan kedutan-kedutan hebat, jebolah pertahananku, aku
teriak dan mendesis kugigit bantal sekeras-kerasnya, pantatku
berkedut-kedut ke atas bawah, aku lemas, aku jatuhkan tubuhku ke atas
kasur sembari nafasku haru memburu. Kulihat bapak tersenyum ke arahku,
kemaluannya semakin berkilat akibat lendirku tertimpa cahaya dari luar
kamar. Kuraih kemaluan bapak, kukocok-kocok sembari aku mengatur
nafasku, tangan bapak merengkuh rambutku, diusap-usapnya kepalaku,
diciumnya keningku. Setelah nafasku teratur, kuraih kemaluan bapak dan
kukulum lagi, tidak berapa lama, bapak mengejang dan mengeluarkan cairan
dari kemaluan bapak yang kutelan habis tanpa bersisa.
Bapak kemudian pergi mandi, sementara aku kembali kekesibukanku hari ini
yaitu memasak. Pukul delapan pagi, kulihat bapak selesai mandi dan
bersiap untuk menghadiri acara komplek. Setelah berpamitan padaku, aku
meneruskan memasak, hari ini kubuatkan masakan spesial untuk bapak,
semua bahan telah tersedia di dalam kulkas yang kubeli hari Jumat
kemarin di pasar.
Pukul 12 siang, bapak kembali dari acara di komplek, aku sedang menonton
acara TV setelah selesai masak, kemudian bapak menyuruh membuatkan es
teh manis untuknya, aku bergegas pergi ke dapur untuk membuatkan pesanan
bapak. Di saat aku sibuk mengaduk gula, tiba-tiba dari arah belakang
bapak memelukku, aku tersentak karena melihat bapak tidak mengenakan
pakaian selembar pun. Tanpa bicara, dicumbuinya diriku dari belakang,
aku menggelinjang kegelian, diusapnya leherku dengan lidah bapak sampai
ke telingaku dan digigit-gigitnya daun kupingku. Aku tersentak kegelian,
tanganku menyenggol teh yang sedang kubuat, gelas jatuh dan air di
dalamnya tumpah membasahi dasterku. Tanpa memeperhatikan peristiwa itu,
bapak melahap mulutku dengan ciuman-ciuman ganasnya, aku terpengarah
tidak siap, sedikit kehabisan nafas melayani ciuman bapak. Dengan tidak
melepas ciumannya, tangan bapak mencopot dasterku, kemudian dengan
terburu-buru, dilepasnya beha dan celana dalamku, aku hanya pasrah
menghadapi kelakuan bapak. Sedikit membopong, didudukannya aku di atas
meja makan, kemudian bapak melebarkan selangkanganku serta menjilati
kemaluanku. Dengan berpegang pada tepi meja, aku menggelinjang keenakan,
kurasakan sapuan-sapuan lidah bapak dikemaluanku sebagai sensasi yang
tiada duanya. Mungkin karena sebentar lagi aku merasa akan datang bulan,
sehingga nafsu yang ada dalam diriku sedang dalam puncak-puncaknya. Aku
pipis lagi, kujambak rambut bapak dengan tidak sungkan lagi, kutekan
kepala bapak ke dalam kemaluanku, kurasakan lidah bapak menembus di
dalam lobangku, aku menjerit tertahan, meledaklah kenikmatanku, bapak
menyedot habis semua lendir nikmatku sampai tuntas serta menjilati
rambut lebatku. Dengan menahan posisiku, bapak berdiri dan memasukkan
kemaluannya ke dalam lobangku, perlahan tapi pasti kemaluan bapak masuk.
Aku membisikkan sesuatu ke bapak, aku mengatakan bila ingin merasakan
semprotan cairan bapak di dalam rongga kemaluanku, bapak menanyakan
apakah aku subur atau tidak, aku jawab bila dalam dua atau tiga hari ke
depan akan datang bulan. Setelah bapak mendengar pengakuanku, dia
tersenyum dan semakin bersemangat untuk menusukan kemaluannya di
lobangku. Ternyata bapak lama juga mengalami puncak, kebalikannya dalam
diriku, aku merasakan suatu kedutan nikmat lagi dan berasa ingin pipis
kembali. Aku peluk bapak, kucium bibirnya, sementara kedua kakiku
menjepit pinggang bapak. Dengan berpangku pada tepi meja makan, bapak
bertambah kencang volume memaju - mundurkan kemaluannya di dalam
lobangku. Aku terpekik, aku menjerit, aku mendekap erat-erat tubuh
bapak, kurasakan ledakan kembali menyerang dalam lubang kenikmatanku.
Sementara bapak kulihat semakin cepat dan berkata bila kita berdua akan
mencapai puncak secara bersama-sama. Tapi aku sudah tidak tahan lagi,
aku mengerang… mengejang… kugigit bibir bapak, ternyata demikian pula
dengan bapak. Kami berdua mencapai puncak tinggi bersamaan, kurasakan
cairan hangat bapak dan cairanku menyatu di dalam lubang kemaluanku. Aku
berkedut, bapak berkedut, kami semakin erat berpelukan, peluh
membanjiri seluruh tubuh, jepitan kakiku di pinggang bapak, diimbangi
pelukan tangan bapak di tubuhku, kami berdua sesak, kami berdua klimaks,
kami berdua memejamkan mata sesaat tidak peduli dengan sekitar.
Sampai pada suatu ketika, ibu mengunjungi orang tuanya di lain propinsi,
ibu berangkat dengan anaknya menggunakan kereta Api sementara bapak
tidak ikut karena tidak dapat cuti. Ibu pergi sekitar lima hari.
Pagi hari sesuai dengan tugasku sehari-hari, aku mengepel ruangan,
sengaja kulepas bh dan celana dalamku, aku hanya mengenakan daster saja
tanpa dalaman. Kulihat kamar majikanku masih tertutup pintunya, kuketuk
pintu dengan maksud ingin mengepel kamar majikanku, kemudian bapak
membukakan pintu, aku masuk dan langsung mengepel, sementara bapak masuk
kekamar mandi yang terletak juga di lama kamar majikanku. Sengaja agak
berlama-lama mengepel dengan maksud memancing reaksi bapak, kutarik
dasterku lebih agak ke atas, sehingga kedua pahaku terlihat jelas.
Pancinganku mengena, bapak keluar dari dalam kamar mandi dan
mengomentariku bahwa pahaku tampak putih mulus, kubalikkan badan sengaja
menghadap ke arah bapak, dengan posisiku mengepel akan terlihat jelas
kedua payudaraku yang tak tertutup beha. Bapak tersenyum menghampiriku
dan berkata bila aku sengaja memancing dirinya, kubalas senyuman bapak
dengan berkata memang aku sengaja, karena aku ingin disetubuhi bapak
lagi. Kulihat bapak menurunkan sarungnya, yang ternyata juga tidak
mengenakan celana dalam, terlihat kemaluan bapak sudah berdiri tegang.
Setelah pamit untuk mencuci tanganku, kuhampiri bapak, aku elus kemaluan
itu, bapak duduk ditepi tempat tidur, sementara aku jongok di antara
kedua paha bapak, perlahan tapi pasti, kemaluan bapak aku cium dan
kumasukkan kedalam mulutku. Terdengar desisan bapak, sementara tangan
kiriku menyentuh kemaluanku, ternyata sudah basah, terus kuelus perlahan
kemaluanku.
Bapak merengkuh bahuku, menarik supaya aku berdiri, dan memposisikan aku
jongkok di atas kemaluan bapak. Dengan perlahan kuturunkan pantatku dan
dibantu dengan tangan bapak untuk mengarahkan kemaluannya menuju lobang
kemaluanku, pertama agak susah untuk masukkan kemaluan bapak, kucoba
memasukkannya sedikit demi sedikit. Setelah posisi dan kedalaman
kemaluan bapak sudah pas, mulailah kuturun-naikan pantatku, tangan bapak
tidak tinggal diam, diarihnya dasterku untuk dilepas, kemudian
diremas-remaslah kedua payudaraku. Lama-kelamaan aku merasakan sengatan
yang luar biasa, kupercepat goyanganku, kugesek-gesek kemaluanku, dan
tak lama kemudian aku tak sanggup lagi menahan kebelet pipisku, kupeluk
bapak dengan posisi masih tertancap kemaluan bapak, jebolah
pertahananku, aku kebanjiran lagi. Kami bertukar posisi, aku sekarang di
bawah, ditepi ranjang, sedang bapak berdiri di sisi ranjang, Sebelum
bapak memasukkan kemaluannya dia bertanya kapan aku mens, kujawab
kira-kira lima hari lagi aku mens. Setelah tahu jawabanku, bapak segera
mengangkat kedua kakiku dan perlahan memasukkan kemaluannya kedalam
kemaluanku, digoyangkannya pantat bapak maju-mundur, sensasi kemasukan
kemaluan bapak di dalam kemaluanku terulang lagi, aku merasa terangsang
lagi, kubantu dengan menggoyangkan pantatku. Aku klimaks lagi, tetapi
bapak mengajak untuk bersama-sama karena beliau juga sudah hampir.
setelah beberapa saat kutahan, akhirnya jebol lagi pertahananku, kulihat
hampir bersamaan pertahanan bapak juga jebol, akhirnya kami dapat
mencapai klimaks secara bersamaan. Lama posisi kemaluan bapak tertancap
dalam kemaluanku, akupun tidak dapat berbuat apa-apa karena nikmat,
setelah beberapa saat kami terdiam, baru dicabutlah kemaluan bapak. Kami
berdua mandi bersama layaknya suami istri, aku bilang kepada bapak bila
aku sayang kepadanya, dijawab dengan senyuman bapak. Setiap hari
semenjak kepergian ibu, kami selalu memadu kasih, tetapi jelas setelah
bapak kembali dari kantor. Kadang di kamarku, di kamar bapak, di dapur,
di ruang belakang, bahkan pernah di garasi dan di dalam mobil. Hatiku
senang, tentram, hingga ibu pulang dari luar kota.
Hingga suatu malam aku tidak dapat tidur, udara sangat panas sehingga
membuatku kegerahan, kucopot beha dan celana dalamku, hingga hanya
memakai daster saja, kondisi seperti ini membuat aku menjadi terangsang.
Kugosok-gosok kemaluanku dan kuraba-raba payudaraku sambil membayangkan
kejadian-kejadian yang kulalui bersama majikan laki-lakiku. Tiba-tiba
aku mendengar suara desahan dari kamar tidur majikanku, aku keluar dan
jongkok di bawah jendela mendengarkan desahan-desahan nikmat kedua
majikanku, letak kamar majikanku tidak jauh dar kamarku, hanya dibatasi
oleh gudang. Aku terdiam mendengarkan kegiatan di dalam kamar majikanku,
kutaksir posisi ibu di atas tubuh bapak. Suara-suara itu membuat tegang
seluruh tubuhku, kuraba selangkanganku dengan tangan kanan, sementara
tangan kiriku meremas payudaraku. Aku terhanyut, mataku terpejam
membayangkan kenikmatan itu, tanpa terasa gosokan tangan kanan di
kemaluanku semakin cepat, dan jari tengahku sudah masuk kedalam
kehangatan kemaluanku, terasa melayang diriku. Tak lama datanglah
klimaks, posisiku sudah selonjor kenikmatan, sementara suara-suara di
dalam kamar juga tambah seru, tak lama kudengar bapak dan ibu telah
mencapai klimaks, kemudian hening.
Aku terhuyung kembali ke kamarku dan berbaring di tempat tidurku,
nafasku masih tersenggal, sisa-sisa kenikmatan masih terasa, aku melap
kemaluanku dengan celana dalamku. Setelah nafasku teratur, kurasakan
hatiku sakit, cemburukah aku. dadaku bergejolak, seakan tidak rela bila
kedua majikanku bersetubuh. Perasaan ini tidak boleh jawab hati kecilku,
tetapi perasaanku tidak dapat dibohongi, aku telah jatuh cinta kepada
bapak majikanku. Pikiranku bergejolak, antara logika dengan perasaan,
yang aku rasa tidak akan mencapai titik temu, bagaimanakah ini?
Akhirnya kuputuskan untuk keluar dari pekerjaanku, semula ibu menahan
dengan menjanjikan gajiku dinaikkan, tetapi aku menolak, kukatakan bahwa
aku akan mencari pengalaman di tempat lain. Malamnya bapak
mengintrogasiku, menanyakan kenapa aku pindah dari keluarga itu. Aku
bilang bila aku mulai menyukai dan mencintai bapak serta tidak rela bila
bapak berdua sama ibu, bapak sendiri tidak dapat berbuat apa-apa,
kemudian ia mencium pipiku lama sekali, tak terasa menetes air mataku.
Besoknya aku pergi dari rumah itu, bapak memberiku uang tujuh kali
gajiku, untuk modal katanya yang pasti tanpa sepengetahuan ibu.
Sebetulnya berat hatiku meninggalkan keluarga ini, tetapi hati kecilku
memberontak, terhadap orang yang aku sayangi. Keputusanku sudah bulat,
mungkin nanti suatu saat aku mendapatkan jodoh yang juga menyayangiku
seperti bapak.